Profil Resistensi Insulin pada Pasien Sindrom Ovarium Polikistik (SOPK) di RS Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta

  • B. WIWEKO Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/ RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta
  • R. MULYA Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/ RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta

Abstract

Tujuan: Untuk mengetahui prevalensi dan profil resistensi insulin pada pasien sindrom ovarium polikistik (SOPK) di RS Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta. Tempat: Poliklinik Imunoendokrinologi Departemen Obstetri dan Ginekologi Universitas Indonesia, RS Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta. Rancangan/rumusan data: Studi Potong Lintang Deskriptif. Bahan dan cara kerja: Penelitian dilakukan dengan mengumpulkan rekam medis pasien SOPK yang telah dilakukan pemeriksaan meliputi anamnesis adanya oligomenore, pemeriksaan fisik (tanda hirsutisme), pengukuran indeks massa tubuh (IMT), pemeriksaan hormonal (estrogen, LH, FSH dan prolaktin), pemeriksaan gula darah puasa dan insulin puasa serta pemeriksaan USG transvaginal untuk menilai kedua ovarium. Diagnosis SOPK ditegakkan berdasarkan kriteria Rotterdam sedangkan resistensi insulin berdasarkan kriteria Muharam. Hasil: Dari 44 rekam medis pasien SOPK yang berhasil dikumpulkan dan memenuhi kriteria penelitian, didapatkan 68% pasien sudah menikah dan 93% pasien berusia di atas 20 tahun. Amenore sekunder merupakan jenis gangguan haid terbanyak yang menyebabkan pasien mencari pertolongan, ditemukan pada 61% pasien. Infertilitas juga merupakan keluhan terbanyak, ditemukan dengan persentase yang sama dengan amenore sekunder yaitu 61%. Pada penelitian ini, pasien SOPK yang telah menikah datang dengan keluhan infertilitas yang disertai gangguan haid atau sebaliknya sehingga bila persentasenya dijumlahkan akan melebihi 100%. Keluhan hirsutisme hanya ditemukan pada 18% pasien. Tujuh puluh tiga persen pasien SOPK gemuk dengan IMT ≥ 25. Pasien yang mengalami resistensi insulin sebanyak 75% dengan ratarata IMT 28,6 kg/m2. Dari 32 orang pasien yang obesitas, 84% mengalami resistensi insulin sedangkan dari 12 pasien yang tidak gemuk, 50% juga mengalami resistensi insulin. Pemeriksaan hormonal yang lengkap (estrogen, FSH, LH dan prolaktin) dilakukan pada 38 orang pasien dan 79% terdapat peningkatan LH/FSH dengan rasio ≥ 1. Pada 27 orang yang mengalami resistensi insulin, 81,5% terdapat rasio LH/FSH yang lebih tinggi, demikian juga halnya dengan 11 orang yang tidak mengalami resistensi insulin, 90,9% terjadi penigkatan rasio LH/FSH. Kesimpulan: SOPK adalah kondisi klinis dan metabolik yang sering ditemui pada perempuan usia reproduksi. Patofisiologi terjadinya SOPK sampai saat ini belum jelas tapi resistensi insulin diperkirakan sebagai salah satu etiologinya. Prevalensi resistensi insulin ditemukan bervariasi dari berbagai penelitian tergantung metoda yang digunakan. Dengan menggunakan kriteria Muharam, 75% pasien SOPK pada penelitian ini mengalami resistensi insulin dan dari 32 orang pasien yang obesitas ditemukan 84% mengalami resistensi insulin sedangkan pasien yang tidak gemuk, 50% juga terdapat resistensi insulin. Penanganan terhadap resistensi insulin pada pasien SOPK tampaknya akan mencegah dan memperbaiki disfungsi reproduksi maupun komplikasi jangka panjang yang akan ditimbulkannya. [Maj Obstet Ginekol Indones 2008; 32-2: 93-8] Kata kunci: resistensi insulin, sindrom ovarium polikistik

Downloads

Download data is not yet available.

Author Biographies

B. WIWEKO, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/ RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta
Departemen Obstetri dan Ginekologi
R. MULYA, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/ RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta
Departemen Obstetri dan Ginekologi
Published
2016-10-14